Dari
beberapa kali kegiatan mengenalkan Distro Linux karya Anak negeri (yaitu
BlankOn) yang
pernah saya lakukan, banyak yang bertanya mengapa BlankOn
kok pakai destop sendiri?, mungkin mereka yang baru pertama kali pakai
distro ini (terutama BlankOn 7 Pattimura) merasa sangat asing.
Salah satu alasan mengembangkan BlankOn Panel adalah karena masalah teknis. Di Indonesia, masih banyak perangkat keras komputer yang mempunyai spesifikasi rendah, disisi lain banyak juga yang sudah memakai komputer modern.
Untuk lebih jelasnya kita sebut saja ada dua tipe perangkat keras di Indonesia :
- Spesifikasi tinggi (komputer-komputer masa kini);
- Spesifikasi rendah (komputer-komputer jadul (800MHz-1GHz) dengan RAM minimal 256 MB);
Lalu saat ini paling tidak ada dua teknologi UX di dunia desktop :
Kira-kira BlankOn mempunyai dua pilihan diatas untuk UX yang akan digunakan. Namun ada beberapa permasalahan yang dihadapi kalau memilih salah satu di antara dua pilihan diatas :
- Unity dan GNOME Shell tidak bisa dijalankan di komputer Prihatin
- Dengan desktop yang berbeda-beda (Misal Unity untuk komputer spesifikasi tinggi dan GNOME Panel untuk komputer spesifikasi rendah) akan menyulitkan dalam pembuatan buku panduan, pembuatan sertifikasi, dan dukungan teknis misalnya di milis harus ditanyakan dulu, pakai gnome shell atau gnome panel?.
Jadi pilihanya sekarang tinggal dua :
- Gnome Shell
- Bikin sendiri
Kalau tetap mempertahankan Gnome Shell, Gnome Shell tidak dapat dibangun menggunakan Gtk3, jadi masa depannya sudah tidak ada lagi. Karena semua pengembangan aplikasi untuk Gtk2 sudah disarankan untuk beralih ke Gtk3.
Dari analisa diatas, pilihan terbaik adalah membangun UX sendiri, maka dibuatlah BlankOn Panel. Silakan dicoba, dan dirasakan penggunaan baterai laptop yang menggunakan Unity dan BlankOn panel :D
Dari
pengembangan BlankOn Panel tersebut kini terciptalah Destop
Manokwari, destop
yang Revolusioner
dan sampai sekarang terus dikembangkan.
Sumber:
Postingan terkait:
BlankOn wis sugeh pak, jadi bikin distro sendiri
ReplyDeletehanya satu kata buat penulis dan semuanya "Subhanallah"
ReplyDeletemantab jaya
ReplyDeleteUX tu apa sih pak?
ReplyDelete