Pengarang Yang Merakyat


Kemarin saat saya bersih-bersih dan iseng-iseng mengecek koleksi buku lama, tidak sengaja saya menemukan buku kesukaan saya seperti gambar dibawah

Buku pertama Serial Wiro Sableng
karena kebetulan saya mempunyai waktu luang saya akan sedikit mengulas tentang pengarang buku tersebut walaupun beliau sudah meninggalkan kita untuk selamanya.

Tentang Bastian Tito
Mengenai riwayat Bastian Tito saya tidak akan menulis ulang karena hasilnya sama, maka saya salin-tempel saja dari wiki, seperti dibawah ini:
Bastian Tito (lahir 23 Agustus 1945 – meninggal 2 Januari 2006 pada umur 60 tahun) adalah seorang penulis cerita silat asal Indonesia. Karyanya yang paling terkenal adalah Wiro Sableng.

Ia mulai tekun menulis sejak duduk di bangku SD kelas 3. Karyanya mulai diterbitkan sejak tahun 1964 dengan tokoh  Wiro Sableng, Wiro Sableng sendiri ditulisnya berdasarkan rekaan ditambah bacaan buku sejarah Tanah Jawa mulai terbit pada tahun 1967. Selain Wiro Sableng, karya lainnya yang beliau tulis antara lain adalah Boma si Pendekar Cilik dan fiksi bernuansa Minang berjudul Kupu-kupu Giok Ngarai Sianok.

Penulisan Buku
Dalam menulis buku beliau memang sangat serius dan detail, hal ini terjadi karena sebelum menulis cerita beliau selalu mengadakan survei lokasi dimana nama tempat dan tokoh yang akan dimasukkan kedalam buku karangannya dapat benar-benar seolah ada.

Untuk satu tempat biasanya membutuhkan waktu paling sedikit 1 minggu sehingga penulis benar-benar bisa mengetahui adat, budaya, legenda maupun cerita-cerita masyarakat setempat dan dihubungkan dengan situasi, suasana alam dan keadaan di masa silam.

Dalam melakukan survei atau kehidupan sehari-hari beliau selalu membawa alat perekam, hal ini dilakukan untuk merekam semua yang dilihat dan didengar beliau, jadi setiap apa yang dilihat maupun percakapan yang didengarnya kadang dituangkan ke dalam bukunya, jadi tidak mengherankan apabila isi cerita, isi percakapan para tokoh, gaya bahasa serta gaya penulisan penulis terasa benar-benar hidup, bahkan bukunya banyak mengulas sejarah dan beberapa situs peninggalan masa lalu.

Yang Unik dari buku karangan Bastian Tito
Dalam buku-buku karangan beliau kita sering menemukan beberapa kalimat yang unik misalnya untuk menggambarkan durasi waktu, misalnya kita sering menemukan frasa “sepeminuman teh” atau “sepenanakan nasi” yang tidak kita jumpai dalam karya penulis lainnya. Untuk jarak atau ukuran, kita sering menemukan kalimat “lima tombak, tiga langkah, atau empat jengkal".

Penerbit dan peredaran Buku
Dalam memilih penerbit beliau bekerjasama dengan penerbit yang tidak besar (terkenal) dengan alasan jika bekerjasama dengan penerbit besar maka harganya akan menjadi mahal sehingga tidak semua orang mampu untuk membelinya, ini terlihat dengan tidak ditemukannya nama penerbit pada buku-buku tersebut.
Di beberapa buku memang tertulis nama penerbitnya namun kita tidak akan menemukan alamat dari penerbit tersebut, ciri lainnya yaitu buku-buku tersebut menggunakan kertas koran dan dicetak dengan kualitas sederhana sehingga mudah rusak.

Dengan menggunakan penerbit yang tidak terkenal maka resikonya buku-buku tersebut tidak tersedia di toko-toko buku terkemuka sekelas Gunung Agung dan Gramedia.

Buku-buku karya Bastian Tito biasanya diedarkan melalui agen-agen koran atau majalah dan toko-toko buku tradisional sehingga buku tersebut mudah ditemukan di terminal dan pasar-pasar desa.

Walau buku-buku tersebut tidak tersedia di toko-toko buku terkemuka namun setiap rillis selalu sangat laris, bahkan orang-orang menengah keatas pada rela ke terminal atau ke pasar tradisional hanya sekedar untuk mendapatkan buku tersebut.

Judul Buku Terlaris (istilah perdagangan berhasil orbit)
  • Serial Wiro Sableng berhasil mencapai 2 kali orbit, tepatnya tahun 1989 dan 1994
  • Buku yang berhasil orbit ternyata buku terbitan lama tapi dicari kembali dan laris di tahun 90-an 
  • Dua buku yang berhasil orbit berjudul Makam Tanpa Nisan dan Guci Setan
  • Judul Makam Tanpa Nisan meledak 921.020 exemplar tahun 1989
  • Judul Guci Setan meledak 924.078 exemplar tahun 1994
  • Berikut 10 judul serial Pendekar 212 yang terlaris selain 2 judul di atas (rata-rata terjual di atas 800.000 eksemplar): Badai Di Parang Tritis, Topeng Buat Wiro Sableng, Wasiat Iblis, Geger Di Pangandaran, Kiamat Di Pangandaran, Gerhana Di Gajah Mungkur, Kembali Ke Tanah Jawa, Senandung Kematian, Kematian Kedua dan episode terakhir Jabang Bayi Dalam Guci.


Mungkin kalau beliau mau bekerja sama dengan penerbit besar (terkenal), buku-buku karangan beliau bisa masuk buku Best Seller, karena buku-buku tersebut memang sangat laris, bahkan mungkin beliau akan mendapatkan penghargaan yang tidak sedikit.
Sebagai contoh buku pertama beliau berjudul "4 Berewok dari Goa Sanggreng" dicetak pertama kali tahun 1967, pada awal tahun 2000 masih mengalami cetak ulang, padahal sekali cetak ulang minimal 5000 buku.
Buku terakhir serial Wiro Sableng
Tulisan saya di atas merupakan sedikit rangkuman cerita yang saya ketahui secara langsung pada waktu saya dipercaya mendistribusikan buku-buku beliau pada tahun 1996 s/d 1998, tentunya dengan beberapa tambahan yang saya ambil dari beberapa sumber di internet. 

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pengarang Yang Merakyat"

Post a Comment

Silakan langsung tulis komentar Anda jika ada pertanyaaan, koreksi atau penjelasan lainnya sesuai tema pada artikel, budayakan ber-komentar dengan baik.